Wednesday, July 30, 2008

Sony Corporation




Pada tahun 1950-an, produk “Made in Japan” adalah identik dengan produk murah (cheap), produk pasaran (junky), dan bermutu rendah (poor quality). Hingga suatu ketika di akhir 1950-an, Tokyo Tsushin Kogyo (perusahaan relatif kecil dan tidak terkenal di luar negeri) mengambil resiko dengan mengubah nama aslinya menjadi SONY CORPORATION. Apa yang menakjubkan dan menantang dengan ganti nama? Perubahan nama in se tentu bukan hal substansial, tapi per se menunjukkan jati diri perusahaan yang telah siap untuk berperang dalam pasar internasional. Inilah peristiwa besar yang telah melahirkan tujuan besar yang menakjubkan (BHAG). “Kami ingin mengubah image (ke seluruh dunia) yang menganggap produk buatan Jepang sebagai produk rendah kualitas", seru Akio Morita. Ide “gila” lain SONY (begitulah opini orang di luar perusahaan) adalah ketika hendak memproduksi radio saku yang mengaplikasikan teknologi transistor. Pada saat itu transistor merupakan teknologi mahal yang hanya dipakai untuk kepentingan militer.

Itulah common sense; itulah apa yang dipikirkan orang. Ibuka, partner Akio Morita di Sony merespons: “Orang-orang berkata bahwa transistor tidak akan dapat dijadikan produk komersial…. Ini yang justru akan menjadikan bisnis lebih menarik.” Dan kenyataannya, para insinyur Sony sangat senang dengan ide yang menurut orang luar sebagai hal yang bodoh atau tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan sekecil Sony. Hasilnya, Sony mampu membuat radio saku dan mewujudkan impiannya mengembangkan produk yang menjadi terkenal di seluruh dunia. Salah satu ilmuwan Sony bahkan memperoleh Hadiah Nobel untuk teknologi pengembangan transistor.

No comments: